Kamis, 09 Januari 2014

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK


Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organic bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara glo bal. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilainilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan  pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang. Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang digunakan di seluruh dunia.


Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perlindungan Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan
Disertai dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini
harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat
sebagai

Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, social dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dariyang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian  organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organic harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara, meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air

Prinsip Ekonomi
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Prinsip perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organic bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organic didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan  dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif
.
This document is a translation of the English document entitled “Principles of Organic Agriculture”, which text was adopted by the IFOAM General assembly in Adelaide in 2005 and is the only official reference for the Principles. IFOAM does not endorse responsibility for the content of this translated version. For any doubt regarding the exact meaning of its content, please refer to the English version.

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK


Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organic bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara glo bal. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilainilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan  pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang. Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang digunakan di seluruh dunia.


Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perlindungan Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan
Disertai dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini
harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat
sebagai

Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, social dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dariyang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian  organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organic harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara,
meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air

Prinsip Ekonomi
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Prinsip perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organic bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organic didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan  dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif
.
This document is a translation of the English document entitled “Principles of Organic Agriculture”, which text was adopted by the IFOAM General assembly in Adelaide in 2005 and is the only official reference for the Principles. IFOAM does not endorse responsibility for the content of this translated version. For any doubt regarding the exact meaning of its content, please refer to the English version.

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK

PRINSIP-PRINSIP PERTANIAN ORGANIK


Prinsip-prinsip berikut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organic bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan keseluruhan aspek pertanian secara glo bal. Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilainilai sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan  pengertian luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air, tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan warisan untuk generasi mendatang. Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM. Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang digunakan di seluruh dunia.


Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perlindungan Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan
Disertai dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini
harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat
sebagai

Prinsip Kesehatan
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, social dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat. Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan, distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dariyang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia. Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan. Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian  organik dalam sistem ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan, ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan. Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organic harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara,
meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam. Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, membangun habitat, pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi produk-produk organik harus melindungi dan memberikan keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air

Prinsip Ekonomi
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.

Prinsip perlindungan
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.

Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia secara bersama, baik antar manusia dan dalam hubungannya dengan makhluk hidup yang lain. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organic bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik. Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya. Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organic didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh. Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah terjadinya resiko merugikan  dengan menerapkan teknologi tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering). Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya, melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif
.
This document is a translation of the English document entitled “Principles of Organic Agriculture”, which text was adopted by the IFOAM General assembly in Adelaide in 2005 and is the only official reference for the Principles. IFOAM does not endorse responsibility for the content of this translated version. For any doubt regarding the exact meaning of its content, please refer to the English version.

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah Tangga Untuk Mewujudkan Keluarga Mandiri, di desa panarukan, Situbondo


USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah
Tangga Untuk Mewujudkan Keluarga Mandiri, di
desa panarukan, Situbondo.


BIDANG KEGIATAN:
PKM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

DIUSULKAN OLEH:
Abdul Bari      201123007      Angkatan 2011
Hanif Mauladi 201323027      Angkatan 2012
Putri Firda R. 201323017      Angkatan 2012



UNIVERSITAS ABDURRACHMAN SALEH
SITUBONDO
2013


Halaman pengesahan
1.    Judul kegiatan                    : Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah
Tangga untuk Mewujudkan Keluarga Mandiri,
di desa panarukan, Situbondo.
2.    Bidang kegiatan                 : PKM-M
3.    Ketua pelaksana kegiatan  
a.    Nama lengkap                : Abdul Bari
b.    Nim                                : 201123007
c.    Jurusan                           : Agribisnis/ Pertanian
d.   Universitas                     : Abdurachman Saleh Situbondo
e.    Alamar rumah/ telp        : Penambangan Rt. 8 Rw.5 , Bondowoso
f.     Alamat email                 : Unarsbari@yahoo.co.id
4.    Anggota pelaksana kegiatan: 2 orang
a.    Dosen pendamping       
5.    Nama Lengkap                   : Ir, Ismudjiati, MM.
b.    NIDN                            : 072804901
c.    Alamat Lengkap/ no. Telp: Jalan Hasan Dawuhan Parse RT.4 Rw.3 no. 16
Situbondo/ 085 230 817 076
6.    Biaya Kegiatan Total         :
a.    Dikti                                   : Rp 12.150.000,00
b.    Sumber Lain                       : -
7.    jangka Waktu pelaksanaan : 3 Bulan

Situbondo, 10 Oktober 2013

Menyetujui,
Dekan Fakultas pertanian
Universitas Abdurachman Saleh,


Ir. Martono Achmar, MM.
NIM. 195709251986011001

Ketua Pelaksana,



Abdul Bari
NIM. 201123007

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Abdurachman Saleh,


Ir. Endang Suhesti, MP.
NIM. 360 231 062


Dosen Pendamping,



Ir. Ismudjiati, MM.
NIM. 260 231 017

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
Ringkasan......................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1  Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2  Perumusan Masalah.................................................................................... 3
1.3  Tujuan......................................................................................................... 4
1.4  Luaran yang Diharapkan............................................................................. 4
1.5  Manfaat....................................................................................................... 5
BAB 2 GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN..................... 6
2.1 Kondisi Masyarakat Sasaran...................................................................... 6
2.2 Sosial Ekonomi Masyarakat....................................................................... 6
BAB 3 METODE PELAKSANAAN............................................................. 8
3.1  Rancangan Pelaksanaan............................................................................. 8
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN............................................. 9
4.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan................................................................. 9
4.2. Sasaran Kegiatan ...................................................................................... 9
4.3. Kegiatan pembuatan Vertikultur............................................................... 9
4.4   Anggaran dana PKMM............................................................................. 11
4.5  Jadwal Kegiatan......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12
Daftar Tabel
Tabel 1. Rancangan program........................................................................... 8
Tabel 2. Anggaran dana PKMM...................................................................... 10
Tabel 3. Jadwal kegiatan.................................................................................. 11

Lampiran
Lampiran 1. Biodata ketua pelaksana dan Anggota
Lampiran 2. Susunan organisasi dan pembagian tugas
Lampiran 3. Surat Pernyataan ketua pelaksana
Lampiran 4. Surat MOU dengan mitra


RINGKASAN
Kebutuhan sayur dan buah Indonesia masih tinggi tetapi masih belum diimbangi oleh produsen sayur dan buah di Indonesia. Ketidakmampuan petani atau pengusaha dalam negeri memenuhinya, membuat negara ini masih menggantungkan pasokan dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah (hortikultura) nasional. Berdasarkan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Sabtu (3/8/2013), menyebutkan, impor sayur dan buah Indonesia kurun Januari sampai Juni 2013, masing-masing mencapai US$ 287.354.504 dengan volume 393.151.409 kilogram (kg). Sementara total nilai impor buah-buahan mencapai US$ 373.965.151 dengan volume 288.050.850 kg.
Angka impor yang tinggidapat diartikan Indonesian masih bergantung pada negara lain, olek karena itu perlunya inovasi agar produksi sayuran di indonesia meningkat. Solusi yang dapat diterapkan salah satunya yaitu Sistem budidaya vertikultur, di mana metode ini sangat efektif bila di praktekkan di lahan kecil yang terkendala oleh kawasan padat penduduk.
Sistem budidaya vertikultur ini bisa dijalankan/ diterapkan oleh ibu rumah tangga khususnya istri nelayan. Diharapkan dengan penerapan sistem budidaya ini selain kepala rumah tangga menghasilkan suatu pendapatan, ibu rumah tangga pun juga bisa berpartisipasi sehingga hasil dari budidaya ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan ibu sekunder. Penanaman pada sistem ini menggunakan media tanah ditempatkan dipolibag atau bambu yang dilubangi, karena dipinggir pantas panasnya sangat tinggi maka perlu pengurangan sinar matahari secara langsung agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Sistem budidaya vertikultur ini bisa melatih dan memberikan pengalaman kepada istri nelayan/ ibu rumah tangga untuk menjadi produktif sehingga bisa berpartisipasi dalam hal pendapatan keluarga. Jika sektor produsen sayuran bisa tercapai sehingga dapat mengeluarkan masyarakat khususnya ibu rumah tangga dari garis kemiskinan. Hal ini akan tercipta keluarga yang mandiri yang dapat memenuhi kebutuhan dapur, apabila dihubungkan dengan angka impor secara otomatis menekan ketergantungan Indonesia terhadap negara lain hingga suatu saat timbul peralihan menjadi negara maju yang mandiri.





BAB 1. PENDAHULUAN
1.2  Latar Belakang
Berdasarkan dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan impor sayur dan buah Indonesia kurun Januari sampai Juni 2013, masing-masing mencapai US$ 287.354.504 dengan volume 393.151.409 kilogram (kg). Sementara total nilai impor buah-buahan mencapai US$ 373.965.151 dengan volume 288.050.850 kg. Untuk jenis sayuran, Indonesia banyak mengimpor bawang putih, bawang merah, kentang, dan wortel. Impor sayur didapat dari beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Impor bawang putih bisa mencapai 90 persen dari kebutuhan atau sekitar 400 ribu ton karena dalam negeri hanya mampu memproduksi sebesar 20 ribu ton. Impor bawang merah sebesar 70-100 ribu ton dan produksi dalam negeri sebesar 1 juta ton. Untuk kentang, Indonesia harus mengimpor sebanyak 50-60 ribu ton jenis Atlantis yang biasa digunakan industri karena produksi hanya mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Produksi kentang kita 1 juta ton, semuanya (jenis) Granola,” kata dia. Kebutuhan wortel juga harus dipenuhi dari impor sebanyak 20 ribu ton karena produksi hanya memenuhi 400 ribu ton dari kebutuhan sekitar 420-450 ribu ton per tahunnya. Hasanuddin mengklaim kebutuhan sayur dalam negeri yang dipenuhi dari impor seluruhnya hanya 7 persen dari total kebutuhan.
Permasalahan di bidang pertanian merupakan hal yang tidak ada habis-habisnya. Sehingga hal ini menjadi faktor penghambat perkembangan pertanian di dunia khususnya di indonesa. Permaslahan yang terjadi diantaranya merupakan masalah degradasi lahan, lahan marginal, dan kurangnya pengembangan penerapan teknologi dalam bidang pertanian. Luas lahan pertanian cendrung berkurang setiap tahunnya akibat adanya alih fungsi lahan. Pada tahun 2009 luas lahan  berkurang 97  Ha. Hal ini dikarenakan lahan  dialokasikan ke lahan non pertanian. Berdasarkan hasil kajian Bank Dunia, produk impor saat ini menguasai pasar sebesar 60 persen, sementara produk lokal hanya 40 persen. Hal itu membuat gairah petani hortikultura Indonesia semakin turun. Semakin turunnya produsen hortikultura akan meningkatkan impor sehingga mengakibatkan ketergantungan kepada negara lain. Di daerah perkotaan, dengan segala kesibukan yang dihadapi masyarakat di perkotaan membuat  mereka tidak sempat untuk bertani, apalagi tidak tersedia cukup lahan/ tidak punya ruang untuk bersentuhan dengan budidaya pertanian. Belum lagi sering kita lihat pada pemukiman yang cukup padat dan hemat lahan, bagaimana menumbuhkan hobi dan usaha pertanian, khususnya bagi ibu rumah tangga, kaum remaja atau para pensiunan, saat ini berbagai cara dilakukan seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini dilakukan agar tercipta suatu inovasi baru pengembangan pertanian dengan berbagai penerapan system teknologi.
Vertikultur mungkin menjadi satu solusi. Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah cara pertanian baik indoor maupun outdoor, karena kepemilikan lahan terbatas yang dirancang sedemikian rupa sehingga berposisi vertikal atau bertingkat. Solusi ini sangat tepat bila diterapkan pada ibu rumah tangga sehingga ibu rumah tangga dengan binaan yang tepat mampu menjadi kelurga mandiri. Ibu rumah tangga dengan binaan yang baik memanagement untuk memenuhi kebutuhannya lewat budidaya sistem vertikultur baik diolah di dapur atau dijual menutupi kebututhan rumah tangga. Skill yang dimiliki oleh ibu rumah tangga seperti ini mampu menekan angka impor menjadi lebih kecil dikarenakan kemandirian suatu keluarga. Pembiinaan semacam ini diperlukannya seorang leader yang akan memulai untuk melakukan secara nyata dan menjembatani hasil dari budidaya sistem vertikultur agar dapat bermanfaat bagi ibu rumah tangga. Terpenuhinya kebutuhan ibu rumah tangga akan menciptakan ketahanan pangan baik itu sayuran, buah, dan pangan. Kemadirian suatu keluarga berarti mencerminkan kebutuhan dapurnya sudah terpenuhi sehingga pendapatan suatu kepala keluarga bisa dimanfaatkan ke kebutuhan sekunder.
Kemandirian keluarga sangat penting bila seorang ibu rumah tangga bisa memenuhi kebutuhan dapur dan bisa menaikkan taraf hidupnya dengan budidaya sistem vertikultur secara nyata akan memperkecil angka impor Indonesia. Pembinaan semacam ini akan bekerja sama dengan berbagai mahasiswa dan P3M agar pemantauan selama praktek budidaya berlangsung dapat berjalan dan masyarakat bisa merasakan manfaat dari budidaya vertikultur. Kerjasama ini bertujuan agar seorang dosen mampu membimbing mahasiswa untuk terjun langsung pada masyarakat supaya harapan menjadikan tiap keluarga mandiri bisa terwujud dengan pengawasan dari seorang pembimbing. Pengabdian pada masyarakat ini terletak di daerah pantai dikarenakan sulitnya akses kepasar guna membeli kebutuhan dapur keluarga nelayan, jauhnya akses pembelian menyebabkan harga sayuran dan buah lebih mahal dibandingkan dengan tempat lain. Permasalah semacam ini harus cepat dipecahkan yaitu dengan budidaya pembinaan sistem vertikultur dilingkungan masyarakat pesisir pantai. Pembinaan budidaya vertikullture pada ibu rumah tangga di desa Panarukan kabupaten Situbondo seharusnya mampu merangsang jiwa agribisnis dilingkungan masyarakat khusus ibu rumah tangga. Budidaya vertikultur sangat mudah dan tidak menguras waktu seorang ibu rumah tangga, dengan begitu seorang ibu rumah tangga selagi jam istirahat lebih baik memanfaatkan waktu dengan budidaya vertikultur sehingga dari kegiatan ini seorang ibu rumah tangga juga bisa memenuhi kebutuhan dapur dan dapat keluar dari garis kemiskinan. Tercapainya keluarga mandiri dan ibu rumah tangga agribisnis lewat budidaya vertikultur akan mengakibatkan satu desa Panarukan menjadi sentra produsen sayur dan buah sehingga kemandirian keluarga akan tercapai mengakibatkan ketergantungan Indonesia terhadap negara lain akan hilang secara perlahan.

1.2  Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diketahui berbagai permasalahan yaitu :
1.      Apakah negara Indonesia akan terus tergantung kepada negara lain khususnya Impor buah dan sayur ?
2.      Kurang produktifnya Ibu rumah tangga/ Istri nelayan didaerah pesisir pantai desa penarukan ?
3.      Jauhnya akses membeli kebutuhan dapur sehingga mengakibatkan sayur dan buah menjadi mahal ?


1.3  Tujuan
1.      Diharapkan dengan berpartisipasi sebuah desa dalam memproduksi sayuran dan buah dapat menekan angka Impor Indonesia.
2.      Sistem vertikultur pada ibu rumah tangga dapat menjadi sumber tambahan uang keluarga sehingga sebagai istri nelayan dapat menghasilkan dan membantu kebutuhan keluarga.
3.      Kemandirian keluarga dengan Sistem Vertikultur diharapkan istri nelayan dapat memenuhi kebutuhan dapur seperti berbagai sayuran dan bumbu sehingga tidah usah belanja kepasar.

1.4  Luaran yang Diharapkan
Hasil atau output yang diharapkan dalam program pembinaan budidaya vertikultur pada ibu rumah tangga/ istri nelayan di desa Panarukan kabupaten Situbondo yaitu Istri nelayan mampu memiliki kompetensi ( pengetahuan, kemauan dan kemampuan ) yang baik dalam kemandirian keluarga sehingga dapat menghasilkan/ memenuhi kebutuhan dapur dan keluarganya. Jadi, seorang ibu rumah tangga bisa meringankan beban dalam hal pemenuhan kebutuhan dapur dan pendapatan dari suami bisa dimanfaatkan ke kebutuhan sekunder. Apabila kebutuhan dapur sudah terpenuhi dan taraf hidup masyarakat meningkat dari budidaya vertikultur maka angka Impor negara Indonesia akan menurun perlahan sehingga akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Tercapainya kesejahteraan masyarakat akan berdampak positif yaitu Indonesia akan menjadi negara maju.








1.5  Manfaat
Dampak positif dari kegiatan pembinaan budidaya sistem vertikultur pada ibu rumah tangga nelayan yaitu :
1.         Melatih dan menumbuh kembangkan jiwa agribisnis guna menaikkan taraf hidup masyarakat khususnya ibu rumah tangga didaerah pesisir pantai.
2.         Pembinaan soff skill yang dituangkan dalam kehidupan nyata untuk mewujudkan keluarga mandiri.
3.         Tercapainya kesejahteraan kehidupan setiap keluarga karena partisipasi ibu rumah tangga di desa Panarukan kabupaten Situbondo sehingga akan memperkecili angka impor Indonesia pada negara lain.
4.         Tercipta lapangan pekerjaan bagi istri nelayan/ ibu rumah tangga dan wilayahnya bisa dijadikan sentra produsen sayuran sehingga hasil dari budidaya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sekunder.
5.         Kebutuhan dapur terpenuhi seperti (cabe, kangkung, bayam, sawi, dll.) sehingga secara garis besar mengakibatkan kemandirian ditiap keluarga yang memutus ketergantungan Indonesia terhadap negara lain dalam hal impor dapat terwujud.











BAB 2 GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1 Kondisi Masyarakat Sasaran
 Masyarakat didesa Panarukan kabupaten Situbondo mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan ibu rumah tangga sebagai pengolah ikan/ menjualnya kepasar. Ketika musim penangkapan ikan pendapatan nelayan selama melaut berkisar antara Rp 98.000,00 dikarenakan penangkapan ikan menggunakan perahu kecil yang berkapasitas 2 orang. Pendapatan yang sedemikian kecil tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari mengingat kebutuhan pokok mahal dan akses pembelian dari pesisir ke pasar terdekat berkisar 5 KM. jarak antara desa sasaran dengan kota berkisar 18 KM yang mengakibatkan jauh yaitu jarak dari desa menuju jalan besar/ pantura. Pekerjaan ibu rumah tangga dari nelayan sambil menunggu suaminya melaut mereka melakukan pengolahan ikan asin dirumah masing-masing. Berbeda terbalik ketika sudah musim paceklik ikan, keseharian pendapatan dari nelayan berkisar Rp 30.000,00 sehingga masyarakat memenuhi kebutuhan dengan cara mengutang. Permasalahan semacam ini perlunya pendapatan alternative yaitu dengan budidaya sistem vertikultur. Kegiatan ini diharap ibu rumah tangga bisa menambah pendapatan kepala keluarga sehingga kesejahteraan keluarga bisa tercapai. Pihak dari mahasiswa ketika budidaya vertikultur berjalan, hasil dari kegiatan ini disalurkan berbagai rumah menegah keatas dengan sistem antar sayuran kepada pelanggan tentunya dengan packing yang baik sehingga menambah nilai ekonomis dari prodak sayuran.
2.2  Sosial Ekonomi Masyarakat
Penduduk di daerah desa panarukan yang berada dipinggir pantai mayoritas bergelut dibidang pengkapan ikan. Pendapat dari penangkapan ikan relatih kecil sehingga mereka dapat dikatakan masyarakat menengah kebawah. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan biasanya dilakukan secara turun temurun, dikarenakan tingkat pendidikan di desa panarukan cukup rendah yaitu 60 % tamat sekolah menengah pertama (smp) dan sisanya ada yang tamatan SMA dan S1. Jadi, keadaan semacam ini perlu perhatian khusus untuh memecahkan permasalahan yang ada dilingkungan nelayan agar bekal soff skill yang nantinya akan diterapkan dalam ligkup nyata dapat memberikan manfaat yang nyata dan dapat mengeluarkan masyarakat dari garis kemiskinan.






















                   
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1  Rancangan Pelaksanaan
Untuk mencapai hasil yang dinginkan, metode pelaksanaan yang kami pilih adalah metode edukasi. Pelaksanaan edukasi kami bagi dalam 2 tahap, yaitu tahap edukasi dan soff skill ( praktek budidaya sistem vertikultur ), Pada pertama diadakan pemberian materi edukasi. Materi edukasi yang akan diberikan adalah mengenai cara pembuatan, penggunaan pestisida organik dan juga mengenai strategi pemasaran hasil budidaya sistem vertikultur. Setelah pemberian materi, dilanjutkan pada tahap pembekalan soff skill. Dalam tahap ini diadakan praktek budidaya sistem vertikultur yang sebelumnya diadakan focus group discussion, dalam tahap ini diharapkan ibu rumah tangga akan mengerti bagaimana cara pembuatan media tanam dan peserta dapat sharing mengenai materi yang telah diberikan dan kesulitan-kesulitan yang dirasakan. Diharapkan ibu rumah tangga/ istri nelayan yang sudah mendapat pelatihan dapat menularkan juga ke orang lain sehingga wilayah kemandirian keluarga semakin besar dan tercipta sentra produsen hortikultura.
Tabel 1. Rancangan Program
Program Materi
Metode
Tujuan
Musyawarah tentang penerapan budidaya sistem Vertikultur
Penyuluhan, FGD (Focus Group Disscussion)
Menambah pengetahuan, memberi kesempatan tanya-jawab, serta terjadi interaksi antar peserta.
Pembutan rak-rak dirumah para nelayan
Penyuluhan, FGD (Focus Group Disscussion)
Menambah pengetahuan, memberi kesempatan tanya-jawab, serta terjadi interaksi antar peserta.
Praktek Pembuatan Media Tanam dan Penanaman Vertikultur
Simulsi dalam kelompok dan perorangan
Memberikan keterampilan kepada peserta agar bisa merawat dan budidaya vertikultur.
Strategi Pemasaran hasi fertikulture
Penyuluhan, FGD (Focus Group Disscussion)
Menambah pengetahuan, meningkatkan kemauan, memberi kesempatan tanya-jawab, serta terjadi interaksi antar peserta.



BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi                                     : Desa Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Waktu Pelaksanaan     : Kegiatan direncanakan akan berjalan selama 4 bulan dari
awal pengerjaan.

4.2. Sasaran Kegiatan
Sasaran Primer            : ibu rumah tangga/ istri nelayan, pendekatan yang akan digunakan agar ibu rumah tangga/ istri nelayan mau berpartisipasi adalah dengan menggunakan undangan lisan maupun tertulis kepada istri nelayan, selain itu kami juga akan bekerja sama dengan kepala desa, ataupun orang yang cukup berpengaruh di desa tersebut untuk mengkomunikasikan kegiatan ini dengan harapan banyak istri nelayan yang ikut serta dalam budidaya sistem vertikultur di rumah tiap keluarga nelayan.
Sasaran Sekunder        : Anak-anak nelayan,
Sasaran Tersier                        : Masyarakat sekitat, Dinas pertanian dan mahasiswa.

4.3. Kegiatan pembuatan Vertikultur
Dalam kegiatan ini memerlukan alat dan bahan untuk menunjang terlaksana kegiatan budidaya sistem vertikultur, yaitu :
·         Alat
·         Cangkul
·         Sekop
·         Ember
·         Cetok
·         Polibag
·      Sprayer 10 liter
·      Parang
·      Pisau
·      Gergaji
·      Botol

·         Bahan
·         Pupuk organic
·         Pasir
·         Pestisida
·      Sekam
·      Pupuk kandang
·      EM4
Cara pembuatan :
1.      Pembuatan rak vertikultur menggunakan bambu
Pembuatan rak pada tahap ini yaitu membuat rak susun agar tanaman yang ditanam bisa lebih banyak dibandingkan dengan tanpa rak susun/ langsung ditanam ditanah
2.      Persiapan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman
3.      Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
4.      Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya
). Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

4.4  Anggaran dana PKMM      
Demi terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat perlunya penunjang berupa alat dan bahan, adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Anggaran dana PKMM
No.
Alat
∑ pembelian
Harga/ @
Jumlah harga

1.
·       Cangkul
·      Sekop
·      Ember
·      Cetok
·       Polybag Kecil
·       Polibag Sedang
·       Polibag Besar
·      Sprayer 8 L
·      Parang
·      Pisau
·      Gergaji
·      Botol
·      Plastik bening 1 rol
5 buah
5 buah
10 buah
15 buah
25 kg
50 kg
70 kg
10 buah
10 buah
10 buah
10 buah
500 botol
2 rol
Rp  96.000,00
Rp  87.000,00
Rp  30.000,00
Rp  20.000,00
Rp  26.000,00
Rp  26.000,00
Rp  26.000,00
Rp160.000,00
Rp  78.000,00
Rp  27.000,00
Rp  68.000.00
Rp       500.00
Rp  60.000,00
Rp   480.000,00
Rp   435.000,00
Rp   300.000,00
Rp   300.000,00
Rp   650.000,00
Rp1.300.000,00
Rp1.820.000,00
Rp1.600.000,00
Rp   780.000,00
Rp   270.000,00
Rp   680.000,00
Rp   250.000,00
Rp   120.000,00




Rp9.750.000,00
2
Bahan
∑ pembelian
Harga/ @
Jumlah harga

·      Pupuk organic
·      Pasir
·      Pestisida
·      Sekam
·      Pupuk kandang
·      EM4
100 kg
1 paket
1 kw
1 ton
1 ton

50 botol

Rp 500.000,00
Rp   50.000,00
Rp 100.000,00


Rp   17.500.00
Rp   250.000,00
Rp   500.000,00
Rp     50.000,00
Rp   100.000,00
Rp   200.000,00

Rp   875.000,00




Rp1.800.000,00

Lain- lain
∑ pembelian
Harga/ @
Jumlah harga

·   Evaluasi dan monitoring
·   Dokumentasi
Transport selama kegiatan
·   Kesekretariatan
·   Konsumsi selama kegiatan berlangsung


1 paket

1 paket


1 paket
1 paket






(10 hari)

Rp 350.000,00

Rp 350.000,00


Rp 100.000,00
Rp 500.000,00




Rp1.300.000,00

Jumlah Total


Rp12.150.000,00










4.5    Jadwal Kegiatan
Tabel 3. Jadwal kegiatan
No
Jenis Kegiatan
Bulan
1
2
3
1
Sosialisasi ke kepala desa panarukan



2
Menentukan tempat kegiatan



3
Survei dan mencatat calon anggota dari kegiatan ini



4
Pengedaran surat kepada IBU RUMAH TANGGA



5
Pembelian Alat dan bahan Vertikultultur



6
Pemasangan rak dirumah-rumah ibu rumah tangga



7
Pengisian media tanam ke polybag



8
Penanaman berbagai sayuran



9
Monitoring/ Pengawasan



10
Perawatatan tanaman hingga panen










DAFTAR PUSTAKA
Agus Andoko, 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonimous,2011.(http://jakarta.litbang.deptan.go.id/ind/ =130:budidaya-tanaman-organik-secara-vertikultur-)
Anonimous,2011. Kebutuhan sayur Indonesia (Www. BPS.som)
Prapanca., 2005. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, pot dan Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta
Penebar Swadaya. JakartaIrwan, ZD. 2008.
Redaksi Trubus, 2009. Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. Edisi revisi..
Saifudin Sarief, 1986.  Ilmu Tanah PertanianPustaka Buana, Bandung.
Zulkarnain, 2009.  Dasar-Dasar Hortikultura.  Bumi Aksara, Jakarta.


















Lampiran 1
BIODATA PELAKSANA KEGIATAN
A.       Ketua Pelaksana
1
Nama Lengkap
Abdul Bari
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
Program studi
Agriisnis/ Pertanian
4
NIM
201123007
5
Tempat Tanggal Lahir
Bondowoso, 31 Juli 1993
6
E-mail
7
No. Telp
085330168414
B.       Riwayat Pendidikan

SD
SMP
SMA
Nama Institusi
SDN Petung 02
SMPN 5 Bondowoso
SPP/ SPMA
Jurusan


Pertanian
Tahun masuk lulus
1999/ 2005
2005/ 2008
2008/ 2011
C.       Anggota
1
Nama Lengkap
Hanif Mauladi
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
3
Program studi
Agriisnis/ Pertanian
4
NIM
201123007
5
Tempat Tanggal Lahir
Situbondo, 21 januari 1995
6
E-mail
7
No. Telp
085336111357
D.       Anggota
1
Nama Lengkap
Putri Firda Retno S.
2
Jenis Kelamin
Perempuan
3
Program studi
Agriisnis/ Pertanian
4
NIM
201323017
5
Tempat Tanggal Lahir
Situbondo, 24 april 1995
6
E-mail
7
No. Telp
085330168414
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertang gungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketida sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.  Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah Tangga sebagai pewujud Keluarga Mandiri, di desa panarukan, Situbondo.

Situbondo, 22 Oktober 2013
Ketua Pelaksana

Abdul Bari
Lampiran 2

No
Nama/ NIM
Program studi
Bidang Ilmu
Alokasi waktu
Uraian Tugas
1
Abdul Bari
Agribisnis
Pertanian
1 Bulan
Bagian Lapangan
2
Hanif Mauladi
Agribisnis
Pertanian
1 Bulan
Pemateri
3
Putri Firda R. S.
Agribisnis
Pertanian
1 Bulan
Humas





















KOP PERGURUAN TINGGI
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/ PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama                         : Abdul Bari
NIM              : 201123007
Program Studi            : Agribisnis
Fakultas         : Pertanian
Dengan ini menyatakan bahwa usulan (PKMM) saya dengan judul Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah Tangga sebagai pewujud Keluarga Mandiri, didesa panarukan, Situbondo yang diusulkan untuk tahun anggaran 2013/ 2014 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.
Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidasesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian ang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesung guhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Situbondo, 22 Oktober 2013

Pembantu Rektor
Bidang Kemahasiswaan
Universitas Abdurachman Saleh,


Ir. Endang Suhesti, MP.
NIM. 360 231 062

Ketua Pelaksana,



Abdul Bari
NIM. 201123007





SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN KERJASAMA DARI KANTOR KECAMATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama                                       :
Jabatan                                               :
Bidang Usaha                                     :
Alamat                                    :
Dengan ini menyatakan Bersedia untuk Bekerjasama dengan Pelaksana Kegiatan Program Kreativias Mahasiswa Pembinaan Sistem Vertikultur pada Ibu Rumah Tangga sebagai pewujud Keluarga Mandiri, di desa panarukan, Situbondo.
Nama Ketua Tim Pengusul     : Abdul Bari
Nomor Induk Mahasiswa       : 201123007
Program Studi                                     : Agribisnis
Nama Dosen Pembimbing      : Ir, Ismudjiati, MM.
Perguruan Tinggi                     : Universitas Abdurachman Saleh
guna menerapkan dan/atau mengembangkan IPTEKS pada tempat usaha kami.
Bersama ini pula kami nyatakan dengan sebenarnya bahwa di antara pihak Mitra Usaha dan Pelaksana Kegiatan Program tidak erdapat ikatan kekeluargaan dan ikatan usaha dalam wujud apapun juga.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tang gung jawab tanpa ada unsur pemaksaan di dalam pembuatannya untuk dapat digunakan sebagaimana mestiya.
Situbondo, 23 Oktober 2013