HAL YANG PENTING DALAM PROSES PENANGKAPAN IKAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada dasarnya dalam suatu operasi penangkapan ikan, penggunaan berbagai
macam jenis alat penangkapan ikan tidak dipermasalahkan jika sesuai dengan
target ikan yang akan ditangkap. Dalam
rangka mewujudkan tujuan pengelolaan perikanan seperti yang diamanatkan dalam
Undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan yaitu agar sumberdaya ikan
tetap lestari serta pemanfaatannya dapat optimal dan berkelanjutan maka
perlu dilakukan beberapa langkah yang berkaitan dengan penggunaan alat
penangkapan ikan di antaranya yaitu, pembuatan ketentuan/peraturan yang
mengatur tentang penggunaan alat penangkapan ikan, pencantuman jenis dan
dimensi utama alat penangkapan ikan yang digunakan dalam SIPI, pengawasan
penggunaan alat penangkapan ikan di lapangan.
Melalui sejumlah penelitian, perikanan,
Indonesia tengah menghadapi ancaman. Beberapa perairan mengalami penangkapan
berlebihan untuk beberapa jenis ikan predator besar. Pengelolaan yang
berdasarkan pendekatan ekosistem menjadi salah satu pilihan untuk menata
kembali perikanan Indonesia.
B.
DEFINISI ALAT
PENANGKAPAN IKAN
Alat penangkapan ikan adalah sarana dan
perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.
Sedangkan sarana yang dimaksud merupakan sarana apung atau kapal/perahu yang
digunakan untuk mengoperasikan alat di suatu perairan.
Kapal perikanan merupakan kapal, perahu, atau alat
apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung
operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan
ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (UU no.31 Th.
2004). Perlengkapan atau benda-benda lainnya merupakan
mesin bantu penangkapan ikan (Deck Machinery) seperti penarik tali (line
hauler dan winch), penggulung tali atau kelos (line reel) dan
penarik jaring (net drum atau power blok), alat bantu penduga
adanya gerombolan ikan (echo sounder, fish finder, sonar), dan alat
bantu pengumpul ikan (rumpon, lampu) (Riza Rahman Hakim, S.Pi).
C.
KLASIFIKASI ALAT PENANGKAP
IKAN
a.
Klasifikasi Alat
Penangkapan Ikan Berdasarkan Statistik Perikanan Indonesia
1.
Pukat Udang (Shrimp
Trawl)
Merupakan jenis
jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi
sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board), tujuan
utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (domersal), yang dalam
pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal
motor (Mukhtar, A.Pi, M.Si)
2.
Pukat Ikan (Fish Net)
Pukat Ikan atau Fish Net adalah
jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya
dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan
utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan
perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang
di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor (Mukhtar, A.Pi, M.Si)
3. Pukat Kantong (Seine Net)
Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan
berbentuk kantong yang terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian
sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net)
lebih panjang daripada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap
ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat
kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai (Mukhtar,
A.Pi, M.Si).
4. Pukat Cincin (Purse Seine)
Pukat cincin atau jaring lingkar (purse
seine) adalah jenis jaring penangkap ikan berbentuk empat persegi panjang
atau trapesium, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang
diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik
tali kolor bagian bawah jaring dapat dikerutkan sehingga gerombolan ikan
terkurung di dalam jaring (Mukhtar, A.Pi, M.Si). Prinsip menangkap ikan dengan jaring lingkar adalah dengan
melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah
dikerutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong.
D.
Hasil Tangkapan
Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan
dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”,
yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan),
berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan
pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan
dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Jenis ikan yang ditangkap dengan
purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus
spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru Sardinella spp),
cumi-cumi dan lain-lain.
E.
Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan pada fishing
ground dengan kondisi sebagai berikut :
1.
A spring layer of water
temperature adalah areal permukaan laut.
2.
Jumlah ikan berlimpah
dan bergerombol pada area permukaan air.
3.
Kondisi laut bagus
F.
Alat Bantu
Penangkapan
a. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah
untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan
menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.
b. Rumpon
Rumpon umumnya dipasang pada kedalaman 30-75 m.
Kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap
tergantung pemberat yang digunak
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah
diangkat-angkat tersebut diatur sedemikian rupa setelah purse seine
dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara
keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak Untuk
rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga
untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini.
Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu
rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau
distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan
menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui
pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan
rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau
mengangkat sebagian dari rumpon yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air.
Sehingga ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke
rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa
sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali
slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang
ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir
penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan
di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat
dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang
akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau dengan menggunakan galah
dari satu sisi perahu.
G.
Teknik Penangkapan
(Sitting dan Moulting)
Pada umumnya, jaring dipasang dari bagian belakang
kapal meskipun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat
digambarkan sebagai berikut :
a).Pertama-tama haruslah menemukan gerombolan ikan. Hal Ini dapat
dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna
permukaan air laut, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak
kecil, buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan,
burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya.
Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar
atau sore hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan
aktif naik ke permukaan laut. Tetapi dengan perkembangan teknologi sekarang,
berbagai alat bantu (fish finder, echosonder, sonar dan lai-lain)
waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau sore hari, siang
haripun jika gerombolan ikan diketemukan maka operasi penangkapan dapat
dilakukan.
4.7 Hal-hal yang Mempengaruhi Keberhasilan
Penangkapan
·
Kecerahan perairan,
transparasi air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit
lampu. Jika kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang
menyebar di dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan
(diserap) oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau
memberi efek pada ikan yang ada yang letaknya relatif berjauhan.
·
Adanya gelombang, angin
dan arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan
lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang
semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light).
Makin besar gelombang makin besar pula flickering light yang terjadi dan
makin besar hilangnya efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikan maupun
biota lainnya menjadi lebih besar karena ketakutan
·
Sinar bulan, pada waktu
purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth
fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu
diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna ke dalam air.
·
Musim, untuk daerah
tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan yang
menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan arus
kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun
setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
·
Ikan dan binatang
buas, walaupun semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahaya lampu, namun
umumnya lebih didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar
(pemangsa) umumnya berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang
lain seperti ular laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi
kawanan-kawanan ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut
sebentar-sebentar menyerbu (menyerang) ikan-ikan yang berkerumun di bawah lampu
dan akhirnya mencerai beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
·
Panjang dan kedalaman
jaring, untuk purse seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring
yang tidak terlalu panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah
lampu tidak bergerak terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk
menangkap gerombolan ikan mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah
lampu.
·
Kecepatan kapal pada
waktu melingkari gerombolan ikan, jika kapal dijalankan cepat maka gerombolan
ikan dapat segera terkepung.
·
Kecepatan menarik purse
line, purse line harus ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri
ke bawah.
Mesh size, dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh
size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya
tertentu batas-batasnya. Dengan kata lain, gill net akan selektif
terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground,
hendaklah mesh size disesuaikan besarnya
- Persiapan/perbekalan
Terlepas dari perbekalan dalam hal konsumsi bagi para nelayan, ada beberapa
hal penting yang harus dipersiapkan sebelum berangkat ke daerah penangkapan
karena hal tersebut berhubungan langsung dengan keberhasilan suatu kegiatan
penangkapan yang akan dilakukan. Hal-hal tersebut diantaranya yaitu:
·
Kesiapan alat tangkap,
alat tangkap yang digunakan harus benar-benar sudah siap untuk diopersikan
sehingga dapat menambah efektifitas penangkapan dan mengurangi hambatan yang
kemungkinan bisa terjadi. Maka sebelum berangkat, pemeriksaan terhada
sobekan-sobekan pada jaring harus diperketat.
·
BBM berupa solar sebanyak
100 - 200 liter tiap satu trip, solar dalam hal ini memiliki andil besar dalam
membantu kegiatan penangkapan. Dari awal keberangkatan kapal, pengoperasian
alat tangkap, hingga kembali lagi ke pelabuhan, kapal selalu menggunakan mesin
sebagai alat penggerak yang mebutuhukan bahan bakar. Dengan kata lain,
ketersediaan bahan bakar sangat mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.
·
Es yang disediakan harus
cukup untuk menangani ikan hasil tangkapan. Es yang biasa disediakan berkisar
antara 20-50 balok setiap satu trip, dimana target penangkapan dalam setiap
satu trip yaitu berkisar antara 500kg hingga 1 ton.
·
ABK (anak buah kapal)
harus benar-benar siap dan diusahakan agar semua bisa ikut dalam setiap kali
penangkapan, dimana jumlah seluruh ABK yaitu sebanyak 25 orang. Hal ini harus
diperketat karena salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan
adalah jumlah ABK dan faktor kemalasan ABK.
Kegunaan lampu untuk alat penangkapan
adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian melakukan operasi penangkapan
dengan menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu yang digunakan
bermacam-macam antara lain :
a.
Ancor / obor
b.
Lampu petromak /
starmking
c.
Lampu listrk (
penggunaannya masih terbetas )
Faktor yang paling berpengaruh dalam
penggunaan lampu adalah kekuatan cahaya lampu yang digunakan, selain itu juga
ada beberapa faktor lain kecerahan , gelombang, angin, arus, dan sinar bulan
b. Payaos
Payaos merupakan rumpon laut dalam yang
berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi
penangkapan. Pelampung payous terdiri dari 60-100 batang bambu yang disusun dan
diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit (raft), selain dari bamboo,
pelampung juga terbuat dari alumunium. Tali pemberat (tali yang menghubungkan
antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat dari puntalan
rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene.
Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan
dalam keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan
daun nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.
(http://duniaperikanan.wordpress.com/2009/08/10/gillnet/)
(Nomura and Yamazaki, 1977)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar