PUPUK
KOMPOS
DAN HAL-HAL YANG MEMPENGARUHINYA
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap tahun
ribuan hektar lahan yang subur berkurang akibat penggunaan pupuk kimia. Sungguh
ironis, menggunakan racun untuk meningkatkan produksi pangan bagi kehidupan. Tidak
heran bila kesehatan dan daya tahan tubuh manusia terus merosot.Penggunaan
pupuk organik tidak meninggalkan residu yang membahayakan bagi kehidupan.
Pengaplikasiannya mampu memperkaya sekaligus mengembalikan ketersediaan unsur
hara bagi tanah dan tumbuhan dengan aman.Nilai tambah dari penggunaan pupuk
organik. Bahwa seperti
diketahui bersama hasil
produk pertanian dengan
menggunakan pupuk organik
mempunyai nilai jual
yang lebih tinggi
dibanding dengan pertanian
anorganik (pupuk buatan
pabrik), apalagi dipadukan
dengan penggunaan pestisida
organik dimana produknya
dikenal sebagai “Beras
organik non pestisida”, mempunyai harga
jual hampir dua
kali dari produk pertanian anorganik. Meskipun segmen
pasarnya masih tertentu , misalnya jaringan perhotelan, supermarket dengan pelanggan orang asing , restoran restoran
dll. Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan pembuatan pupuk organik cair
sehingga kita dapat memahami cara pembuatan pupuk dan memanfaatkan limbah.
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz, Indore, dan
Macdonald. Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah,
sampah organic, dll), Cara Indore yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah
(serasah, sampah, bahan organik, dll), Cara Macdonald menggunakan bahan-bahan
mentah, (batang-batang kecil dan daun-daunan, serasah atau sampah tanaman)
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar.
Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan
dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan
sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan
pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak
diinginkan. Sampah sayur - sayuran merupakan bahan buangan yang yang biasanya
dibuang secara open dumping tanpa
pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menimbulkan gangguan lingkungan dan bau
yang tidak sedap. Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu
teknologi untuk mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur
ulang limbah padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi.
Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk
konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi.
Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan
pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi
lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia
dengan mencegah pembuangan limbah organik. Proses pengomposan adalah proses
dekomposisi materi organik menjadi pupuk kompos melalui reaksi biologis
mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali. Pengomposan sendiri
merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa
bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan
sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah
hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos .
Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk
organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara
lain : Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk organik dapat
memperbaiki struktur tanah.Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat
hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir.Memperbaiki drainase dan tata udara
di dalam tanah.Membantu proses pelapukan dalam tanah.Tanaman yang menggunakan
pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit. Proses pembuatan kompos
berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH,
temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan.
B.
Tinjauan
Pustaka
Daur ulang
limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna sangat dianjurkan untuk mengurangi
akibat dan dampak terhadap lingkungan. Pemanfaatan sampah kota menjadi pupuk
dalam bentuk kompos merupakan alternatif yang sangat baik. Limbah sebagai
bagian dari lingkungan abiotik, merupakan salah satu mata ranatai pemindahan
energi dan materi di antara komponen komunitas. Secara alamiah, alam cenderung
mendahulukan buangan yang lebih mudah dirombak, sedang selebihnya dalam
batas-batas tertentu akan ditenggang oleh alam. Akan tetapi bila kuantitas
limbah yang tidak mudah dirombak mulai membengkak, tentunya kesetimbangan
dinamis tadi tidak dapat lagi dipertahankan. Di sinilah andil tanah sebagai
pameran pembantu (auxiliary function) dalam meredam kegoyahan
lingkungan. Baik sebagai sistem penyaring, penyangga, maupun sebagai sistem
transformasi bahan pencemar – dalam hal ini limbah (Schoeder, 1984).
Bahan organik yang dapat berupa
pupuk organik atau pupuk hijau dalam sistem pertanaman dapat berfungsi sebagai
bufer (penyangga) dan penahan lengas, di samping pengaruhnya terhadap perbaikan
sifat kimia tanah. Kualitas pupuk organik ditentukan oleh komposisi bahan dasar
pupuk organik tersebut dan tingkat perombakannya. Pupuk organik (kompos)
berbahan dasar beraneka (sampah kota) sehingga mempunyai kandungan total hara
yang tidak seragam. Kematangan kompos ditandai dengan telah hancurnya bahan
dasar, suhu kembali mendekati suhu udara dan berwarna hitam, keadaan tersebut
biasanya mempunyai nisbah C/N 10-15 (Donahue et al., 1977). Pengomposan
sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam
sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan
sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah
hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge,
1991).
Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi aerobik dan anaerobik.Pengomposan
secara aerobik ialah dekomposisi bahan organik dalam kondisi dengan kehadiran
oksigen ( udara ) , produk utama dari metabolis biologi aerobik adalah air dan
panas. Pengomposan secara anaerobik ialah dekomposisi bahan organik dalam
kondisi dengan ketidakhadiran oksigen( udara ), produk utama dari metabolis
biologianaerobik adalah metana , karbon dioksida , dan senyawa intermediate dengan berat molekul rendah
( Haung , 1980 )
C.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengomposan
Sutanto (2002) menyatakan bahwa
dalam proses pengomposan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: Kelembapan
timbunan bahan kompos, berpengaruh terhadap kehidupan mikrobia, agar tidak
terlalu kering atau basah dan tergenang. Aerasi timbunan, berhubungan erat
dengan kelengasan. Temperatur harus dijaga tidak terlampau tinggi (maksimum 600C),
dan juga dilakukan pembalikkan untuk menurunkan temperatur. Suasana, dalam
pengomposan menghasilkan asam-asam organik sehingga pH turun, untuk itu
diperlukan pembalikkan.Netralisasi keasaman, dapat dilakukan dengan menambah
kapur seperti dolomit atau abu.Kualitas kompos, dapat diberi pupuk seperti P
untuk meningkatkan kualitas kompos.
Rosmarkam dan Yuwono (2002) menyimpulkan bahwa
pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Mikrobia tersebut adalah
bakteri, fungi dan jasad renik lainnya.Suriawiria (2003) menyatakan bahwa
adapun kunci membuat kompos yang bagus meliputi: rasio karbon/nitrogen, adanya
bahan mikroorganisme, tingkat kelembapan, tingkat oksigen dan ukuran partikel.
Dari ketiga pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan
adalah hampir sama.
Ø
Mikroorganisme Sellulotik (MOS)
Mikroorganisme sellulotik digunakan tujuan utamanya
adalah untuk dapat mempercepat proses pengomposan. Usaha mempercepat proses
pengomposan dapat dilakukan dengan memberikan inokulasi mikroorganisme
selulopati seperti bakteri, fungi dan aktinomisetes yang dapat meningkatkan
kandungan nitrogen dan fosfat (Sutanto, 2002).
Mekanisme pembongkaran sellulosa oleh berbagai
mikroorganisme, sama sekali tergantung atas sifat/keadaan organisme dan
kondisi-kondisi dekomposisi. Contoh pada bakteri aerobik akan menghasilkan CO2,
pigmen-pigmen tertentu, sejumlah substansi (zat) sel mikrobial, sedangkan
bakteri anaerobik membentuk berbagai asam organik dan alkohol (Sutedjo, dkk,
1996).
Rao (1994) menyimpulkan bahwa dalam kondisi anaerob,
dekomposisi sampah organik terjadi sebagai akibat kegiatan mikroorganisme yang
mesofil dan termofil. Di dalam timbunan kompos, mikroorganisme mesofil dan
termofil (bakteri dan actinomycetes) penting dalam memecahkan substrat
selulosa. Mikrobia ini memecahkan karbohidrat dan protein kompleks menjadi asam
organik dan alkohol.
Ø
Effective Microorganisme (EM4)
Menurut Anonim (2008) beberapa
keuntungan aplikasi effective microorganisme adalah bahwa EM dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman
sekaligus menghilangkan bau yang ditimbulkan dari proses penguraian bahan
organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanaman, meningkatkan
aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan, misalnya Mycorhiza, Rhizobium,
bakteri pelarut fosfat. EM4 pertanian akan aktif
memfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang, dan
lain-lain) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut
adalah berupa senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran
tanaman misalnya gula, alkohol, asam amino, protein, karbohidrat,vitamin dan
senyawa organic lainnya(Anonim, 2007). Mikroorganisme Efektif (EM) merupakan
kultur campuran berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur peragian) yang
dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikrobia
tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah, dan
selanjutnya memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman (Sutanto, 2002). Disamping
itu, menurut Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan
antara lain: (1) memperbaiki struktur tanah, (2) memperbesar daya ikat tanah
berpasir, (3) menambah daya ikat air pada tanah, (4) memperbaiki drainase dan
tata udara dalam tanah, (5) mengandung hara yang lengkap, (6) memberi
ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, dan(7) menurunkan aktivitas
mikroorganisme yang merugikan.
D.
Manfaat Kompos Terhadap Tanah
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik
dari kompos yang merupakan pupuk organik terhadap kesuburan tanah yaitu dapat
menyediakan unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah
relatif kecil, dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat, membuat
permeabilitas tanah menjadi lebih baik dan juga dapat dijadikan sebagai pupuk
bagi tanaman. Pemberian pupuk organik akan menambah unsur hara yang dibutuhkan
dalam pertumbuhan tanaman. Memang persentase unsur hara yang bertambah dari
pupuk organik masih lebih kecil disbanding pupuk organik secara umum, fungsi
pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. kebutuhan tanah bertambah. Adanya penambahan unsur
hara, humus, dan bahan organik kedalam tanah menimbulkan efek residual, yaitu
berpengaruh dalam jangka panjang
2. sifat fisik dan kimia tanah diperbaiki. Pemberian
pupuk organik menyebabkan terjadinya perbaikan struktur tanah
3. sifat biologi tanah dapat diperbaiki dan mekanisme
jasad renik yang ada menjadi hidup (Indriani, 2001). Disamping itu, menurut
Indriani (2007) kompos mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:
(1) memperbaiki struktur tanah,
(2) memperbesar daya ikat tanah berpasir,
(3) menambah daya ikat air pada tanah,
(4) memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah,
(5) mengandung hara yang lengkap,
(6) memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia,
dan
(7) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan
BAB II
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
A.
Pembuatan
Pupuk Kompos
1.
Alat dan Bahan
a. Alat :
Ø Ember dengan tutupnya
Ø Parang/pisau
Ø Genting/batu bata
b. Bahan :
Ø Daun kering
Ø Gula merah
|
Ø
Ai Air
Ø Kotoran hewan
Ø kapur
Ø Dedak
Ø Serbuk gergaji
C
|
Langkah Kerja:
·
Potonglah daun-daun kering yang telah dikumpulkan
menjadi bagian yang kecil-kecil.
·
Potonglah daun-daun kering yang telah dikumpulkan
menjadi bagian yang kecil-kecil.
·
Haluskan gula merah, dan kemudian campurkan dengan air
dan EM4 3 tutup.
·
Setelah itu basahilah campuran potongan daun kering
tadi dengan air gula secukupnya.
·
Lubangilah ember yang telah disiapkan dengan beberapa
lubang, kemudian isikan dengan tanah secukupnya, dengan batu merah diatas tanah
tersebut.
·
Lalu taburkan kapur yang telah disediakan diatasnya
dan masukkan potongan campuran daun kering tadi diatasnya.
·
Tutplah ember tersebut atau dapat ditutup menggunakan
karung goni.
Daftar Pustaka
www.wikipedia.org/wiki/Kompos diakses oktober 2010
Rohendi, E.
2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah
prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.
Suriadikarta,
Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. (2006).Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Hal 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar